Beranda | Artikel
Tips Agar Tetap Semangat Beramal setelah Ramadan Syaikh Muhammad al Mayuf #NasehatUlama
Senin, 22 Mei 2023

Amalan-amalan yang Anda lakukan di bulan Ramadan haruslah
ikhlas hanya mengharap wajah Allah ʿAzza wa Jalla
dan bersesuaian dengan syariat Allah,
yakni Kitabullah dan sunah Rasul-Nya Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam.

Sesungguhnya amal bukanlah amal saleh kecuali terpenuhi dua syarat utamanya:
Syarat pertama, mengikhlaskan amalan hanya untuk Allah ʿAzza wa Jalla,
di mana seseorang tidak memiliki maksud apa pun
dalam amal saleh yang dia lakukan
kecuali hanya mengharap wajah ʿAzza wa Jalla.

Syarat kedua, amalan tersebut haruslah
sesuai dengan aturan Kitab Allah Taʿālā dan sunah Rasul-Nya Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam.
Termasuk perkara yang berkaitan dengan keikhlasan, bahwa amalan tersebut
harus datang dari dalam hati Anda, wahai hamba Allah,
sehingga Anda membaca al-Quran dengan hati sebelum dengan lisan Anda.

Anda mengerjakan amal saleh sembari menghadirkan niat dari dalam hati Anda
bahwa Anda ingin mendekatkan diri kepada Allah ʿAzza wa Jalla,
karena amal-amal tersebut jika sampai ke hati dan datang dari hati,

maka orang yang melakukannya tidak akan berhenti darinya selamanya,
karena dalam amal-amal saleh ini
terdapat kelezatan yang tidak tertandingi dengan kelezatan dunia,
jika memang di dunia ini benar-benar ada kelezatan.

Ketika seseorang sudah bisa merasakan lezatnya ketaatan kepada Allah ʿAzza wa Jalla,
akankah dia meninggalkannya?

Tidak mungkin dia meninggalkan sumber kelezatan dirinya,
ketentraman, kebahagiaan, dan kesenangannya.

Namun, wahai saudara-saudara, kelezatan ini menuntut seseorang melawan hawa nafsunya,
selalu dan senantiasa bermuhasabah diri,
memeriksa keadaan dirinya,
dan memperhatikan amalnya yang telah lalu
serta kealpaan yang pernah terjadi,

karena kealpaan kita di masa mendatang
adalah akibat dari kealpaan kita di masa lalu,
sebagaimana ketekunan Anda, wahai hamba Allah, di masa mendatang
dibangun di atas ketekunan Anda di masa lalu—setelah taufik dari Allah ʿAzza wa Jalla.

Inilah sebabnya Tuhan kita ʿAzza wa Jalla Berfirman (yang artinya),
“Adapun orang yang memberikan (hartanya) dan bertakwa,
dan membenarkan (adanya pahala) kebaikan,
maka akan Kami Mudahkan baginya jalan kemudahan.” (QS. Al-Lail: 5 – 7)

Dia dimudahkan kepada kemudahan di masa mendatang,
karena dia bersedekah, bertakwa, dan membenarkan ganjaran yang baik.
“Adapun orang yang kikir dan merasa tidak butuh (dengan Allah),
dan mendustakan (adanya pahala) kebaikan,
maka akan Kami Mudahkan baginya jalan kesulitan.” (QS. Al-Lail: 8 – 10)

Dia dimudahkan kepada kesulitan —semoga Allah Melindungi kita—
karena dia melakukan sebab-sebabnya.
Seperti kata pepatah bahwa kebaikan memanggil, “Saudariku! Saudariku!”
Pun keburukan memanggil, “Saudariku! Saudariku!”

Ketika seseorang bersungguh-sungguh menyempurnakan amalannya,
mengikhlaskannya demi wajah Tuhannya,
dan mengikuti nas-nas syariat,
setelah itu mengupayakan diterimanya amal tersebut
dan mengusahakannya semaksimal mungkin,
maka ini adalah perkara yang teramat penting,

karena jika amal Anda diterima, wahai hamba Allah,
maka berarti Anda mendapatkan kebaikan dari segala kebaikan.
Allah Taʿālā Berfirman tentang penerimaan amal (yang artinya),
“Sesungguhnya Allah hanya Menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 27)

====

أَنْ تَكُونَ أَعْمَالُكَ الَّتِي تُؤَدِّيهَا فِي رَمَضَانَ

خَالِصَةً لِوَجْهِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

مُتَّبِعًا فِيهَا شَرْعَ اللهِ

كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فَإِنَّ الْعَمَلَ لَا يَكُونُ صَالِحًا إِلَّا بِشَرْطَيْنِ أَسَاسِيَّيْنِ

الشَّرْطُ الأَوَّلُ إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ

بِحَيْثُ لَا يَكُونُ لِلْإِنْسَانِ أَيُّ مَقْصَدٍ

فِي الْعَمَلِ الصَّالِحِ الَّذِي يَعْمَلُهُ

إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

الأَمْرُ الثَّانِي أَنْ يَكُونَ هَذَا الْعَمَلُ

عَلَى نَهْجِ كِتَابِ اللهِ تَعَالَى وَسُنَّةِ رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَمِمَّا يَتَّصِلُ بِالْإِخْلَاصِ أَنْ تَكُونَ هَذِهِ الأَعْمَالُ

صَادِرَةً مِنْ قَلْبِكَ يَا عَبْدَ اللهِ

فَتَقْرَأُ الْقَرْآنَ بِقَلْبِكَ قَبْلَ لِسَانِكَ

وَتُؤَدِّي الأَعْمَالَ وَأَنْتَ تَسْتَحْضِرُ النِّيَّةَ مِنْ قَلْبِكَ

مُتَقَرِّبًا بِهَا إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

فَإِنَّ هَذِهِ الأَعْمَالَ إِذَا لَامَسَتِ الْقُلُوبَ وَصَدَرَتْ مِنْهَا

لَا يُمْكَنُ أَنْ يَنْقَطِعَ صَاحِبُهَا أَبَدًا

لِأَنَّ هَذِهِ الأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ

لَهَا لَذَّةٌ لَا تُدَانِيهَا لَذَّةٌ فِي الدُّنْيَا

إِنْ كَانَ فِي الدُّنْيَا مِنَ اللَّذَّةِ

فَإِذَا وَصَلَ الإِنْسَانُ إِلَى أَنْ يَتَلَذَّذَ بِطَاعَةِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

فَهَلْ يَتْرُكُهَا؟

لَا يُمْكِنُ أَنْ يَتْرُكَ مَصْدَرًا لِلَذَّتِهِ

وَأُنْسِهِ وَسَعَادَتِهِ وَسُرُورِهِ

لَكِنَّ هَذِهِ اللَّذَّةَ يَا إِخْوَانُ تَحْتَاجُ إِلَى مُجَاهَدَةٍ لِلنُّفُوسِ

وَمُحَاسَبَةٍ لَهَا دَائِمًا وَأَبَدًا

وَأَنْ يُفَتِّشَ الْإِنْسَانُ عَنْ نَفْسِهِ

وَيَنْظُرَ فِي سَالِفِ عَمَلِهِ

وَمَا حَصَلَ مِنْهُ مِنَ التَّقْصِيرِ

فَإِنَّ تَقْصِيرَنَا فِي الْمُسْتَقْبَلِ

نَاتِجٌ عَنِ التَّقْصِيرِ فِي الْمَاضِي

وَنَشَاطَكَ يَا عَبْدَ اللهِ فِي الْمُسْتَقْبَلِ

مَبْنِيٌّ عَلَى نَشَاطِكَ فِي الْمَاضِي بَعْدَ تَوْفِيقِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

وَلِهَذَا يَقُولُ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى

وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى

فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى

يُسِّرَ فِي الْمُسْتَقْبَلِ لِلْيُسْرَى

لِأَنَّهُ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى

وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى

وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى

فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى

إِنَّمَا يُسِّرَتْ لَهُ الْعُسْرَى عِيَاذًا بِاللهِ

لِأَنَّهُ فَعَلَ أَسْبَابَهَا

وَالْحَسَنَةُ كَمَا قِيلَ تَقُولُ أُخْتِي أُخْتِي

وَالسَّيِّئَةُ تَقُولُ أُخْتِي أُخْتِي

فَإِذَا حَرَصَ الإِنْسَانُ عَلَى إِتْقَانِ عَمَلِهِ

وَإِخْلَاصِهِ لِوَجْهِ رَبِّهِ

وَاكْتِفَاءِ الْأَثَرِ فِيهِ

يَتَلَمَّسُ بَعْدَ ذَلِكَ قَبُولَ الْعَمَلِ

وَيَحْرِصُ عَلَيْهِ غَايَةَ الْحِرْصِ

فَهَذَا أَمْرٌ غَايَةٌ فِي الأَهَمِّيَّةِ

لِأَنَّهُ إِذَا تُقُبِّلَ عَمَلُكَ يَا عَبْدَ اللهِ

وحَصَلَ لَكَ الْخَيْرُ كُلُّ الْخَيْرِ

وَاللهُ تَعَالَى قَالَ فِي قَبُولِ الْعَمَلِ

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ


Artikel asli: https://nasehat.net/tips-agar-tetap-semangat-beramal-setelah-ramadan-syaikh-muhammad-al-mayuf-nasehatulama/